Proyek Jalan Tol Pejagan Cilacap menjadi harapan besar bagi kemajuan wilayah Jawa Tengah bagian selatan (Jasela). Dengan panjang 95,3 kilometer dan nilai investasi mencapai Rp 27 triliun, proyek strategis nasional ini dirancang untuk menghubungkan jalur utara dan selatan Jawa Tengah, sekaligus menjadi penggerak ekonomi baru bagi kawasan yang selama ini tertinggal dari segi infrastruktur.
Proyek Tol Pejagan-Cilacap saat ini berada dalam tahap persiapan yang terstruktur dengan target pembangunan yang jelas.
Saat ini, proyek berada pada tahap pra-studi kelayakan yang mendapat bantuan dari Pemerintah Australia. Tahapan ini awalnya ditargetkan selesai pada Januari 2026, namun pemerintah berupaya mempercepat penyelesaiannya menjadi Desember 2025. Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PUPR, Rachman Arief Dienaputra, menegaskan bahwa percepatan ini merupakan respons atas permintaan Bupati Banyumas untuk mempercepat realisasi proyek.
Setelah tahap pra-studi kelayakan selesai, proyek akan memasuki proses perizinan yang meliputi izin Perencanaan Kegiatan Kawasan Peruntukan Ruang (PKKPR) dari Kementerian ATR/BPN dan izin lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Pelelangan proyek dijadwalkan pada kuartal IV 2026, sekitar bulan Agustus. Jika semua proses berjalan lancar, penandatanganan kontrak diharapkan dapat dilakukan pada tahun 2027.
Proses pembebasan lahan akan dimulai setelah kontrak ditandatangani. Anggaran pembebasan lahan akan ditanggung sepenuhnya oleh APBN, setelah sebelumnya terjadi perdebatan karena investor dari BUMN China hanya bersedia mendanai konstruksi namun tidak pembebasan lahan.
Pembangunan fisik jalan tol ditargetkan dimulai pada tahun 2029 dengan durasi pengerjaan sekitar lima tahun. Proyek ini menggunakan skema pengusahaan Build-Operate-Transfer (BOT), di mana pihak swasta atau investor bertanggung jawab membangun, mengoperasikan, dan kemudian menyerahkan aset kepada pemerintah setelah jangka waktu konsesi yang disepakati, diperkirakan sekitar 50 tahun, meskipun ada upaya untuk menurunkannya menjadi 30 tahun.
Tol Pejagan Cilacap akan menghubungkan wilayah sisi barat Jawa Tengah dari utara ke selatan, meningkatkan konektivitas pada jaringan utara-selatan jalan tol Pulau Jawa.
Jalan tol sepanjang 95,3 kilometer ini akan melintasi empat kabupaten: Brebes, Tegal, Banyumas, dan Cilacap. Rute tol akan menghubungkan Tegal-Slawi-Purwokerto-Bumiayu-Ajibarang-Wangon-Jeruklegi-Cilacap. Hampir 50 persen dari total panjang tol, atau sekitar 40 kilometer, akan melewati wilayah Kabupaten Banyumas.
Proyek ini akan dibagi menjadi lima seksi pembangunan:
Berdasarkan hasil survei lalu lintas, ruas Ajibarang-Wangon menunjukkan volume kendaraan tertinggi mencapai 12.000 unit per hari, sehingga diproyeksikan menjadi seksi prioritas untuk dibangun terlebih dahulu.
Tol ini akan dilengkapi dengan beberapa simpang susun yang berfungsi sebagai pintu keluar masuk, termasuk di Ajibarang dan Wangon di Kabupaten Banyumas, serta Lebeng di Kabupaten Cilacap.
Pembangunan Tol Pejagan-Cilacap diharapkan membawa dampak positif yang signifikan bagi wilayah yang dilalui.
Pemangkasan Waktu Tempuh
Salah satu manfaat paling terasa adalah pemangkasan waktu perjalanan secara drastis. Waktu tempuh Purwokerto-Pejagan yang saat ini mencapai 3-3,5 jam diperkirakan dapat dipangkas menjadi hanya 1-1,5 jam. Hal ini akan sangat memudahkan mobilitas masyarakat dan distribusi barang.
Peningkatan Konektivitas Regional
Tol ini akan menjadi penghubung strategis antara jalur pantai utara (Pantura) dengan jalur selatan Jawa, mengintegrasikan wilayah yang selama ini terputus. Jalan Tol Pejagan-Cilacap akan terintegrasi dengan Jalan Tol Trans-Jawa bagian utara, Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap, dan Jalan Tol Yogyakarta-Cilacap bagian selatan.
Pengembangan Ekonomi dan Investasi
Keberadaan tol berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dengan meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas. Pemerintah Kabupaten Banyumas telah menyiapkan Kawasan Industri Seti Madukoro seluas sekitar 1.500 hektare di wilayah Wangon dan Ajibarang yang berdekatan dengan jalur tol. Kawasan ini diharapkan dapat menarik investor dan menciptakan lapangan kerja baru, dengan kapasitas menampung 18-21 unit industri manufaktur.
Efisiensi Logistik
Tol ini akan memperkuat distribusi barang dan jasa, yang pada gilirannya akan mengurangi biaya logistik secara signifikan. Akses yang lebih cepat ke Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap, yang berjarak sekitar 33 km dari kawasan industri Wangon, akan meningkatkan efisiensi distribusi produk.
Pengembangan Pariwisata
Sektor pariwisata di wilayah yang dilalui tol diharapkan tumbuh pesat. Destinasi wisata seperti Baturaden di Banyumas, pantai-pantai di Cilacap dan Kebumen, serta Dieng di Banjarnegara akan lebih mudah dijangkau wisatawan. Rest area di sepanjang tol juga dapat menjadi wadah promosi produk UMKM dan wisata lokal.
Penyelesaian Masalah Kemacetan
Tol ini diharapkan menjadi solusi untuk kemacetan yang sering terjadi di jalur Ajibarang, Bumiayu, dan sekitarnya, terutama saat musim mudik Lebaran. Pelebaran jalan konvensional tidak lagi memadai karena banyaknya hambatan samping seperti rumah makan, SPBU, dan permukiman warga yang berada dekat dengan jalan raya.
Meski menjanjikan banyak manfaat, proyek ini juga menghadapi berbagai tantangan dan berpotensi menimbulkan dampak negatif.
Pembebasan Lahan dan Ganti Rugi
Salah satu tantangan terbesar adalah pembebasan lahan. Proyek ini akan melewati 28 desa di tujuh kecamatan, termasuk pemukiman warga dan lahan pertanian. Di wilayah Wangon Banyumas, sebagian besar lahan yang terdampak adalah sawah. Meskipun warga terdampak akan mendapatkan ganti rugi atas lahan yang dibebaskan, mereka berpotensi kehilangan mata pencaharian atau sumber ekonomi untuk kelangsungan hidup keluarga.
Masalah pendanaan pembebasan lahan sempat menjadi isu krusial. Investor BUMN dari China (Guangxi Beibu Gulf Investment Group) yang tertarik berinvestasi dalam proyek ini hanya bersedia mendanai konstruksi, namun tidak pembebasan lahan. Hal ini memaksa pemerintah pusat untuk mengalokasikan anggaran pembebasan lahan dari APBN, yang juga terbatas.
Dampak Lingkungan
Pembangunan tol berpotensi menimbulkan dampak lingkungan, termasuk gangguan kesehatan akibat debu dari aktivitas konstruksi. Tim Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk menjelaskan mitigasi dampak, seperti penggunaan penutup truk material dan pengaturan kecepatan kendaraan. Tantangan geologis juga harus dihadapi, termasuk pemetaan wilayah untuk mengatasi daerah rawan tanah bergerak.
Kesenjangan Manfaat Sosial
Tol cenderung lebih menguntungkan masyarakat menengah ke atas yang memiliki kendaraan pribadi. Masyarakat menengah ke bawah yang tidak memiliki mobil tidak dapat memanfaatkan jalur tol secara langsung, sehingga manfaatnya mungkin kurang dirasakan. Namun, jika perencanaan dilakukan dengan matang sejak awal, termasuk pengembangan kawasan industri dan penciptaan lapangan kerja, dampak positif dapat lebih merata.
Keterlambatan dan Ketidakpastian Proyek
Rencana pembangunan tol ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 2016-2017 dengan target awal pembangunan pada tahun 2022. Namun, proyek ini mengalami berbagai kendala, termasuk pandemi COVID-19 yang menyebabkan proyek sempat hilang dari daftar Proyek Strategis Nasional (PSN). Meskipun kini sudah kembali masuk dalam PSN tingkat 3 dan Rencana Umum Jaringan Jalan Tol Kementerian PUPR tahun 2025-2029, ketidakpastian waktu realisasi masih menjadi kekhawatiran masyarakat.
Tarif Tol dan Konsesi
Dengan nilai investasi Rp 27 triliun (sekitar Rp 300 miliar per kilometer) dan perhitungan konsesi hingga 50 tahun, tarif tol berpotensi cukup tinggi. Pemerintah daerah berharap pengembangan kawasan industri dapat membantu menurunkan beban tarif tol dan mengurangi masa konsesi menjadi sekitar 30 tahun.
Pemerintah Kabupaten Banyumas, khususnya Bupati Sadewo Tri Lastiono, sangat aktif mendorong percepatan realisasi proyek ini. Sadewo bahkan telah berhasil mendapatkan komitmen dari investor BUMN China untuk mendanai konstruksi tol.
Pemkab Banyumas juga telah menyiapkan kawasan industri di Wangon dan Ajibarang, dengan RTRW yang sudah ditetapkan final. Konsep Integrated City Planning (ICP) dikembangkan untuk menjadikan Banyumas sebagai kota modern terintegrasi yang menghubungkan kawasan pendidikan, pariwisata, bisnis, dan pemerintahan. Keberhasilan ICP sangat bergantung pada kehadiran infrastruktur tol ini.
Strategi integrasi investasi tol dengan pengembangan kawasan industri diharapkan dapat menarik lebih banyak investor, menekan tarif tol, dan mempercepat masa konsesi.
Tol Pejagan Cilacap merupakan proyek infrastruktur strategis yang sangat dinanti masyarakat Jawa Tengah bagian selatan. Dengan target pembangunan dimulai pada 2029 dan beroperasi penuh sekitar 2034, tol sepanjang 95,3 kilometer ini menjanjikan transformasi besar bagi konektivitas, ekonomi, dan pariwisata wilayah yang dilalui.
Manfaat yang ditawarkan sangat signifikan: pemangkasan waktu tempuh hingga dua pertiga, peningkatan efisiensi logistik, pengembangan kawasan industri baru, penciptaan lapangan kerja, dan kemudahan akses ke destinasi wisata. Proyek dengan nilai investasi Rp27 triliun ini berpotensi menjadi katalis pertumbuhan ekonomi yang lebih merata di Jawa Tengah.
Namun, tantangan yang dihadapi juga tidak ringan. Pembebasan lahan dengan anggaran terbatas dari APBN, dampak lingkungan, kesenjangan manfaat sosial antara kelas ekonomi, serta sejarah penundaan proyek menjadi perhatian serius. Warga yang terdampak pembebasan lahan perlu mendapatkan kompensasi yang adil dan program pemberdayaan ekonomi yang memadai agar tidak kehilangan mata pencaharian.
Keberhasilan proyek ini akan sangat bergantung pada komitmen pemerintah pusat dalam menyediakan anggaran pembebasan lahan, efektivitas koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah, serta kepastian investasi swasta. Dengan perencanaan yang matang dan pelaksanaan yang konsisten, Tol Pejagan Cilacap berpeluang besar menjadi tulang punggung kemajuan Jawa Tengah bagian selatan, mewujudkan pemerataan pembangunan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan Brebes, Tegal, Banyumas, dan Cilacap.
[dari berbagai sumber]