Di jantung Jawa Tengah, tepatnya di Kabupaten Banyumas, sebuah ikon baru telah muncul dan menjadi kebanggaan masyarakat Purwokerto: Menara Pandang Teratai Purwokerto. Dengan ketinggian menjulang 117 meter, menara ini bukan hanya sekadar struktur bangunan, melainkan simbol harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas. Sejak diresmikan pada April 2022, menara ini telah menjelma menjadi magnet wisata yang memadukan keindahan arsitektur, budaya lokal, dan teknologi modern. Bagaimana sejarahnya? Apa keunikan yang ditawarkan? Dan bagaimana menara ini menjadi jendela baru bagi perkembangan pariwisata di Banyumas? Mari kita telusuri lebih dalam.
Pembangunan Menara Pandang Teratai Purwokerto berawal dari inisiatif Pemerintah Kabupaten Banyumas untuk menciptakan landmark yang mampu menjadi ikon pariwisata sekaligus pemacu ekonomi pasca-pandemi. Proyek ini dimulai pada 2021 sebagai bagian dari program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang didanai APBN. Menara ini dirancang tidak hanya sebagai destinasi wisata, tetapi juga sebagai simbol kebangkitan ekonomi dan persatuan masyarakat setelah masa sulit.
Peresmian menara pada 27 April 2022 menjadi momen bersejarah. Dipilihnya bunga teratai sebagai inspirasi desain tidaklah sembarangan. Bunga teratai, yang tumbuh di air yang keruh namun tetap mekar indah, dianggap merepresentasikan ketahanan dan harapan baru bagi Purwokerto. Selain itu, lokasinya di Kawasan Kota Baru Purwokerto diproyeksikan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan budaya yang modern namun tetap berakar pada kearifan lokal.
Menara Pandang Teratai Purwokerto bukan hanya soal ketinggian, tetapi juga kedalaman makna. Berikut adalah elemen-elemen yang membuatnya istimewa:
Puncak menara berbentuk mahkota bunga teratai dengan delapan kelopak yang merepresentasikan delapan kabupaten di Jawa Tengah. Desain ini tidak hanya estetis, tetapi juga menjadi metafora tentang persatuan dan keragaman. Pada malam hari, mahkota ini diterangi lampu LED warna-warni yang menciptakan siluet menakjubkan, menjadikannya “mercusuar” yang terlihat dari berbagai sudut kota.
Tinggi menara 117 meter dirancang untuk memberikan pemandangan 360 derajat yang memukau, mulai dari Gunung Slamet hingga hamparan sawah Banyumas. Filosofi Dwipa Semarang—yang terinspirasi dari konsep Jawa tentang keseimbangan hidup—tercermin dalam tiga tingkatan menara:
Fasad menara dilapisi panel LED yang dapat menampilkan pola cahaya dinamis, sering digunakan untuk memperingati hari besar atau festival. Misalnya, pada perayaan Hari Kemerdekaan, menara ini menyala dengan gradasi merah-putih, sementara pada malam tahun baru 2025, pesta kembang api dari puncaknya menciptakan spektakuler yang dikunjungi ribuan orang.
Menara ini terdiri dari lima lantai dengan fungsi berbeda, menawarkan pengalaman lengkap bagi pengunjung:
Di lantai dasar, pengunjung disambut oleh kafe modern yang memadukan unsur seni dan budaya. Dindingnya dihiasi komik bertema legenda Banyumas dan lukisan batik kontemporer. Menu kopi lokal seperti kopi temanggung dan jajanan tradisional seperti getuk goreng menjadi daya tarik tersendiri.
Lantai ini menjadi favorit para pencinta tantangan. Jembatan kaca transparan setinggi 70-80 meter memungkinkan pengunjung merasakan sensasi berjalan di atas awan. Bagi yang cukup berani, pemandangan kota Purwokerto dari ketinggian akan menjadi hadiah yang tak terlupakan.
Di bawah mahkota teratai, lantai ini menyediakan area terbuka untuk menikmati angin sepoi-sepoi sambil memandang cakrawala. Teropong canggih disediakan untuk mengamati detail kota, dari aktivitas di Alun-Alun Purwokerto hingga kereta api yang melintas di kejauhan.
Dalam waktu singkat, Menara Teratai telah melampaui ekspektasi sebagai sekadar objek wisata. Berikut perkembangan terkini yang patut disimak:
Menara ini menjadi tuan rumah acara-acara berkelas seperti Keroncong Svaranusa 2024, yang menarik musisi tradisional dari seluruh Indonesia. Tak hanya itu, pada 2025, gambar Menara Teratai muncul sebagai latar belakang poster resmi FIFA di Instagram, mengangkat nama Purwokerto di kancah global.
Sumber: https://www.instagram.com/p/DERMRj6SJZ0/
Keberadaan menara telah melahirkan usaha-usaha baru di sekitarnya, dari kedai oleh-oleh hingga penyewaan kostum tradisional untuk foto. Menurut data Dinas Pariwisata Banyumas, kunjungan wisatawan meningkat 40% dalam setahun terakhir, dengan rata-rata 2.000 pengunjung per hari pada akhir pekan.
Menara ini juga menjadi contoh toleransi. Pada perayaan Natal 2023, mahkota teratai dihiasi lampu berbentuk salib dan pohon natal, sementara saat Ramadan, menara menyala dengan kaligrafi Arab. Hal ini sejalan dengan filosofi Dwipa Semarang yang menekankan keseimbangan antara manusia dan Sang Pencipta.
Pemerintah Kabupaten Banyumas terus berinovasi untuk memaksimalkan potensi Menara Teratai. Rencana ke depan meliputi:
Menara Pandang Teratai Purwokerto adalah bukti bahwa infrastruktur pariwisata bisa menjadi alat pemersatu, penggerak ekonomi, dan medium pelestarian budaya. Dengan arsitektur yang penuh makna, fasilitas inklusif, dan visi yang progresif, menara ini tidak hanya memancarkan cahaya dari ketinggian, tetapi juga menerangi hati masyarakat Banyumas. Bagi siapa pun yang berkunjung, Menara Teratai bukan sekadar destinasi—ia adalah cerita tentang bagaimana sebuah kota kecil bisa bermimpi besar dan mewujudkannya dengan gemilang.